Minggu, 21 Oktober 2007

Berakhir Keindahan

Rasanya telah usai
Semua jalan ceritaku
Yang dulu bercahaya dengan semangat
Kini telah lumpuh terbawa arus
Dalam tajamnya duri
Dan derasnya air mata
Yang merobek semangat dalam diri
Mengahancurkan angan
Yang tak pernah pasti

Kau adalah cahaya kegelapan

Kau adalah cahaya kegelapan
Yang menerangi sang malam
Kau adalah pernak-pernik
Digelapnya rembulan
Kau bagaikan bintang
Yang berkedip saat memandang
Keindangan sang malam
Meski kau kecil
Tapi cahayamu
Dapat menghangatkan
Dinginnya udara malam

Pedih Yang Ku Rasakan

Serasa risih membayangi
Membungkam sepi
Dalam bayang dan mimpi
Menghapus raut pelangi
Saat sunyi menghampiri
Serasa pedih yanga ada
Yang kini terasa
Dalam hati yang luka
Sepi ini telah membara
Membakar semua jiwa
Menghapus cahaya mata
Membungkam kesedihan
Terlinang kekecewaan

Cinta Yang Pergi

Dulu pesona itu sangat magis
Memberi warna keceriaan
Kini hilang sudah kemanisan
Membuyarkan angan cinta
Yang telah pergi
Sekarang hanya hayal
Dalam pikiran dan angan
Tuk berharap
Cinta itu kembali
Namun tiada dayaku
Tuk selalu berfikir
Cinta yang pergi
Dapat kembali ku genggam

Ratapan Yang Berakhir

Tika ia telah hadir
Menemani semua langkahku
Yang menjadi semangat hidupku
Dalam menggapai citaku
Saat ia pergi
Usai sudahlah harapku
Tuk mengakhiri impianku
Bersama dirinya
Kini tinggal usang
Dan angan yang ada
Membabi buta
Dalam hayal pikiranku

Rabu, 17 Oktober 2007

Lika-liku Hati

Gejolak hati berdebar
Seakan mengakhiri langkahku
Bertepi dalam hayal membahu
Separuh jiwa bernafas
Menanti bunga kejora
Menepikan keharuman
Pesona buayan Hati sang pujangga

Kesunyian Malam

Disepinya sang malam
Kulihat rembulan yang bersinar
Menerangi kegelisahan jiwa ini
Diredupnya sang bulan
Kutemukan cahaya dalam dirimu
Menerangi keredupan dihatiku
Mengisi kebisingan pikiranku
Dalam lelahnya malam

Bintangku

Bintang terangku
Kapan kau bercahaya lagi
Dalam hatiku
Atau kah kau akan menghilang
Selamanya tertelan malam
Yang kini redupnya kurasakan
Hanya sisa tetes yang ada
Membuatku selalu tersenyum
Menatap malam yang gelap

Peri Cintaku

Andai kau tau
Aku sangat menyayangimu
Jika kau mengerti
Bahwa aku sunggunh mencintaimu
Namun kau tak mengerti
Apa yang kurasakan
Ketika kau bersamanya
Hanya karna orang tua
Aku tak sanggup ...
Melihat peri cintaku
Bersama orang lain Yang menjadi pilihan orang tua

Hati yang Gersang

Hatiku serasa perih
Seakan tertusuk-tusuk
Hingga aku tak merasakan
Bahwa hatiku sakit
Kebimbangan ini datang
Seolah-olah menghantuiku
Menutup semua jalanku
Termasuk masa depanku
Hatiku telah hilang
Gersang terbakar amarah
Melukai perasaanku Yang kini kurasakan

Cahayaku

Kau adalah penarang jiwa
Dimana redupnya hatiku
Kau adalah bintangku
Yang memberikan cahaya
Dalam kesendirianku
Kau pelita dalam kesedihanku
Kau cahayaku
Yang terang benderang
Mengisi kalbu

Peri Kertas

Dalam kebisingan kota
Yang porak - poranda
Tak lagi terkendali
Walau tetesan air mata
Dikebisingan kota
Yang usang ini
Ku nanti sang peri
Menulis pada sebuah kertas
Dalam kebahagiaan
Disecarik kertas
Ku panggil namanya
Wahai peri kertasku
Kembalilah kesisiku
Temani hari-hari
Indah bersamamu

Hilangnya Hati ini

Serasa sunyi menyilaukan
Menghapus sejuta kehangatan
Merasuk kedalam jiwa
Membisu dalam rasa
Aku merasa risih
Dengan sejuta kebimbangan
Menyatu dalam hati
Membusuk dalam diri
Kini ku sendiri
Menjalani hari-hari
Yang kian sepi kian pergiMenghilangkan hati ku selamanya

Pernak – Pernik Kebisingan

Saat semua itu telah tiada
Mengubur semua kenangan
Yang selama ini menemani
Dalam kesendirian dan kebimbangan
Ketika pernik itu pergi
Seakan hilang keindahan
Yang selalu hadir
Dalam suka dan duka
Akankah pernik itu kembali
Mengisi kebisingan hati
Yang telah lama hilang
Dalam kebersamaan

Rabu, 10 Oktober 2007

"Kesendirian Hati"

Hati ini serasa gurau
Seakan menggelapi jiwaku
Menutup semua gejolak jiwa
Yang tak mengerti adanya
Sesosok bayang menghampiri
Mengisi relung dihari
Yang menghiasi sepi
Menutup aroma pelangi
Kala waktu tiba
Hati ini serasa risih
Dengan kesendirian
Yang membungkam dihati